Quantcast
Channel: Cakrawala Susindra | Catatan dan Opini Momblogger Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 760

Berburu Bunga Hydrangea di Desa Tempur Jepara

$
0
0
Membaca judul Berburu bunga hydrangea di desa Tempur Jepara terasa bombastis, ya. Masa sih berburu bunga. Apalagi bunga Hydrangea atau orang Indonesia lazim menyebutnya bunga Bokor mudah ditemukan di sana. FYI, para florist Indonesia menyebut bunga ini Hortensia, karena di Perancis, bunga cantik ini disebut Hortensie. Tapi, jika menilik perjalanan menuju ke sana (terutama niat dan kesempatan), kata berburu layak disematkan. Butuh kendaraan prima untuk menempuh jalan berkelok menanjak. Terkadang, ada bonus tikungan+tanjakan tajam yang membuat mesin kendaraan menderu dan bau karet terbakar menjadi teman perjalanan. Tetapi jalan istimewa ini akan kita temukan jika naik ke arah dukuh Duplak yang menjadi dukuh tertinggi di desa Tempur. 


Pasca tes semester I lalu, tepatnya tanggal 16 Desember 2016, kami sekeluarga mendadak ikut piknik ke sana bersama dengan teman-teman dari Rumah Belajar Ilalang. Saya katakan mendadak karena memang persiapan hanya 1 hari. Bahkan saat ke sana pun saya lupa bawa jaket. Alhasil, The 4th Susindra tidur di kaki gunung memakai baju biasa seperti saay berada di rumah dekat pantai. Untung bawa sarung, jadi anak-anak punya pelindung kecil. Dingin? Tentu saja. Tetapi warga desa yang jadi tuan rumah menawarkan kamar anaknya yang hangat plus selimut tebal. Alhamdulillah…. 

Singkat cerita, kala mentari masih berusaha menepis dinginnya udara pegunungan, saya dan teman-teman mengusir dingin dengan berjalan pagi. Luar biasa melihat bunga-bunga Hydrangea tumbuh di tepi jalan depan rumah warga. Gerombol besar bunga warna-warni tersebut sangat memikat. Karena saya sangat menyukai kegiatan memotret bunga, maka saya pun memainkan HP zenfone 3 ZE520KL yang memiliki kamera #builtforphotographie. Saya beruntung memiliki HP ini. Saya yang tidak menguasai teknik foto yang baik bisa membuat foto yang lumayan. Man behind the camera memang sangat memegang peranan, tetapi camera yang baik bisa menyamarkan kurangnya pengalaman pemburu foto indah.

Candid by anak lanang

Baiklah, saya ikut berfoto meski belum mandi apalagi bedakan
Inilah foto-foto jepretan saya yang masih bisa dikatakan aspret karena tidak memperhatikan komposisi, pencahayaan, angle dan sebagainya yang baru saya pelajari lima hari lalu di pendopo Pecangaan Jepara (meski pelatihan tersebut masih sebatas pengenalan definisi – saya tinggu pelatihan keduanya, Mas Akrom!)

Warna-warni bunga Hydrangea

Meski keriput eh usia tak bisa berbohong, bunga ini tetap cantik
Bunga di atas berjenis H. macrophylla dengan ciri khusus yaitu mempunyai bunga berwarna hijau, biru, putih, kuning, merah jambu dan ungu dalam 1 pohon. Menurut yang saya pahami, warna-warna tersebut sangat tergantung pafa PH tanah dan unsur alumunium yang dilepaskan tanah. Ketika kuncup, bunga berwarna hijau muda. Ia akan berubah menjadi putih ketika mulai mekar. Saat mekar sempurna, warnanya menjadi biru muda, lalu menjadi ungu dan saat akan rontok, warnanya menjadi merah jambu. Luar biasa, bukan?

Warna bunga hydrangea saat kuncupnya baru mekar

Perbedaan warna bunga Hortensia tampak lebih jelas
Semua bunga di atas saya foto menggunakan HP Zenfone 3 ZE520KL. Saya lupa memoto bunga yang full warna biru dan masih segar. Tapi saya punya foto bunga Hydrangea yang berwarna full biru di HP Samsung Grand Duo yang saya ambil tanggal 27 Agustus lalu. Ini dia....

Bunga Hydrangea dengan HP lain di bulan Agustus di lokasi yang sama
Bagaimana? Mau berburu bunga Hydrangea di desa Tempur Jepara? Bonus sawah terasering yang sangat indah, wanginya bunga kopi, suara riuh-merdu belalang, hasil palawija yang lebih gurih dan besar, serta keramahan khas warga sana yang luar biasa bisa kamu nikmati. Percaya, tidak, jika saya katakan, “Salah satu adat yang dipegang warga Tempur adalah, jika ada tamu, mereka harus pulang dalam keadaan kenyang dan puas ngopi” karena ada teman saya yang membuat riset budaya di sana dan mendatangi 5 rumah warga, mereka makan nasi 5 kali. Saya sudah 2 kali ke desa ini. Setiap pindah rumah, memang akan disogati nasi dan lauk sederhana. Alhamdulillah. Semoga keramahan khas Tempur ini akan langgeng dan tidak terkontaminasi efek gagap pariwisata yang kadang menjadi PR besar bagi kita semua, baik wisatawan maupun warga yang tinggal di destinasi wisata. Aamiin


Viewing all articles
Browse latest Browse all 760

Trending Articles